Masihkah teringat engkau tentang kita?
Tentang ombak, pasir, laut dan pantai kangen dulu
Aku masih mengigatnya
Apakah engkau masih mengingatnya?
Aku teringat kala itu matahari sedang tersungkur dan saat itu hati ini sedang rapuh, sedang gundah diliputi nestapa hidup, apakah engkau masih mengingatnya sayang? Saat itu engkau menuliskan nama kita di hamparan pasir putih itu, dan melingkarinya dengan Love, apa engkau sudah ingat?
Belum ya...???
jika belum aku akan melanjutkannya lagi.
Setelah engkau menuliskan nama kita di atas pasir putih itu, engkau berkata
“sayang lihat tulisan ini indah bukan?”
“ia cinta?”
Oh ya..., aku lupa sayang dan cinta adalah panggilan mesra kami saat dulu dia memanggilku sayang dan aku menjawabnya cinta. Sengaja kami tidak memanggil nama, adik atau abang itulah keunikan dari kami.
“lihat terus sayang, apakah tulisan itu akan berubah?”
“tidak cinta, sudah sayang lihat dari tadi tapi tulisannya tidak berubah!!!!” dan tiba-tiba sang ombak datang lalu menghapusnya, menghapus nama cinta dan sayang
“Lihat sayang, apakah dia belum berubah??”
“Hilang cinta, dia hilang terbawa ombak tadi”
“Itulah sesungguhnya hidup sayang, tak ada yang kekal dan abadi tak ada yang sempurna dan tak ada yang terbaik, semuannya sama dan hanya bersifat sementara jadi cinta mohon janganlah engkau berlarut-larut dalam kesedihan ini. Bangkit dan kejar impian kita, cinta ingin impian itu menjadi kenyataan kelak sayang, bukan hanya sekedar wacana atau pernyataan semata agar semuanya tidak Cuma menjadi mimpi”
Sudah ingatkah engkau tentang kita atau masih lupa?
Jika masih lupa aku akan bercerita lagi.
Sungguh sangat bijak kata-katamu itu, dan engkau seakan-akan menjadi generator dalam hidupku, hidup ini yang dulu gelap kini lambat laun menjadi terang sehingga aku bisa menatap terang kedepan dan aku semakin yakin akan mengejar semua impian itu lalu mempersembahkan untukmu.
“Oh ya cinta,,,, memangnya cinta masih ingat tentang impian kita?, coba cinta gambarkan di hamparan pasir putih pantai kagen ini?”
dan engkau mulai bangkit tak lama kemudian engkau mulai menjulurkan telunjukmu yang lengkik nan indah itu. Aku masih ingat gambar pertama yang engkau gambarkan dihamparan pasir putih itu adalah gambar rumah mungil dan sederhana, rumah itu dikelilingi dengan pagar bambu serta bunga-bunga di halamannya.
“Cuma itu cinta?” aku mencoba menegurnya
“Ini yang terpenting sayang, kalau yang lain bisa nyusul”
“apakah cinta tidak ingin menambahkan sesuatu di dalamnya?” engkau hanya tersenyum manis saat aku tanya lalu aku mencoba menambahkan sebuah kendaraan di halaman itu, aku mulai menambahkan sebuah kendaraan bermotor roda dua di halaman rumah itu, tapi engkau menghapusnya.
“Kenapa cinta menghapusnya?, apakah cinta tak menginginkannya?” tanyaku dengan nada bingung. Tapi engkau hanya tersenyum manis tampa berucap sepatah kata.
“Apa cinta tidak menyukainya??” Engkau hanya menggeleng-gelengkan kepala dan lagi-lagi tampa mengeluarkan sepatah kata.
“Kenapa cinta?, kenapa cinta tidak menginginkannya?” tanyaku yang semakin bingung atau cinta inginkan ini, lalu aku mencoba menggambarkan sebuah kendaraan roda empat di halaman rumah mungil itu. Lagi-lagi engkau hanya menggelengkan kepala tampa sepatah katapun terucap dari bibir tipismu itu.
“Lalu apa yang cinta inginkan?”
“Sayang......., cinta hanya ingin hidup sederhana semua yang sayang berikan itu sangat berlebihan bagi cinta dan belum tentu kita dapat mewujudkannya!!”
“Bisa bersatunya cinta dan sayang saja itu sudah anuggrah terbesar bagi cinta, dan seandainya semua yang sayang berikan sama cinta itu terwujud nantinya akan menjauhkan kita berdua dan cinta tidak ingin semua itu terjadi”
“Lebih baik, uangnya kita tabung untuk masa depan kita, masa depan keluarga kita”
lalu engkau menggambar empat orang yang mana satu orangnya pria dewasa dan satu orang wanita dewasa serta satu orang anak kecil wanita dan satu orang anak kecil pria di atas pasir putih itu. Setelah itu engkau berkata “sayang apakah sayang tidak memikirkannya?” sambil menunjuk kedua bocah yang sedang bergandeng tangan dan di himpit serta digandeng tangannya oleh kedua orang tuanya. Saat itu aku hanya tersenyum.
Sudah ingat....??,
belum ya.......???
jika belum aku akan melanjutkan ceritanya lagi.
Sayang ingatkah engkau setelah kita menggambar impian kita di atas hamparan pasir putih kangen itu? Saat itu kita sama-sama terharu dengan impian kita, kita sama-sama merasakan kebahagiaan dan ingat gak saat engkau memintaku untuk mengecup keningmu? Apa yang aku katakan padamu?
“sayang, apakah sayang benar-benar sayang sama cinta?”
“tentu cinta, kenapa cinta tanya seperti itu kepada sayang?”
“lalu kenapa sejauh ini sayang tidak pernah mengecup kening cinta?”
“Mau tahu jawabannya cinta?, karena sayang begitu sayang dan cinta kepada cinta” mungkin saat itu hati kecilmu selalu bertanya terhadapku, kenapa sejauh ini aku tidak pernah memberimu sebuah ciuman atau kecupan di pipi atau dikening.
“Cinta, saat ini engkau laksana benih dan aku adalah seorang petani yang akan menyemaikanmu, aku ingin engkau tumbuh menjadi benih yang sempurna oleh karenanya aku selalu menjagamu, menyiramimu, merawatmu dan membersihkanmu dari hama, aku ingin ketika engkau tumbuh lalu berkembang, berputik, tampa ditumbuhi hama, aku ingin putikmu menjadi buah yang sempurna tampa cacat sedikitpun dan biji-bijianmu menjadi sebuah bibit unggul agar bibit ungul tersebut bisa menghasilkan bibit-bibit yang unggul lagi, oleh karenanya aku selalu berhati-hati ketika aku hendak melangkahkan kaki ini, sedikitpun aku tidak ingin menggugurkan dedaunanmu walau hanya satu lembar saja. Dan Kecupan itu akan aku berikan disaat cinta sudah menjadi milik sayang sepenuhnya, di detik dan dimenit pertama” seketika aku perhatikan wajahmu mulai ceria bak bulan yang baru tersingkap dari selimut awan.
Haripun sudah semakin senja, dan ombak tadi menghampiri kami lagi sembari menggulung dan menghapus lukisan itu. Hanya hitungan detik lukisan itu hilang seketika tampa jejak sedikitpun bersama lalunya ombak tadi. Dan kita mulai pergi meninggalkan pantai itu sebelum akhirnya engkau lupa dengan impian itu.
Apakah engkau sudah mengingatnya sayang?
Jika belum aku akan bercerita lagi namun di esok pagi, saat mentari mulai beranjak dari tempat tidurnya dan saat burung-burung mulai bersenam lidah dengan kicau-kicauannya. Dan aku yakin disaat itu engkau sudah bangun.
Udah dulu ya cinta ceritanya, besok kita sambung karena aku sudah ngantuk.
No comments:
Post a Comment
untuk itu kami sangat memerlukan partisipasi anda anda semua, dan layanan coment ini kami buka seluas luasnya