Thursday, December 15

Ranting dan Gagak

<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

“Apa ranting-ranting tua itu sudah patah?

Dan burung gagak besar itu sudah jatuh

Kok aku tak melihatnya lagi,

Suara engkak-engkakannya pun

Sudah tak terdengar lagi dikedua telingaku”

September 19, 2011.

Suara gagak tersebut kian nyaring aku dengar di kedua telingaku, engkak..engkak...engkak, itulah suara yang sering aku dengar baik pagi, siang, malam dan pagi lagi. Sungguh tak terlewatkan, suara merdu itu lambat laun kian akrap di kedua telinga ini. Sampai sampai aku menjadi keranjingan ingin selalu mendengarkannya, berbagai cara dan waktu aku luangkan untuk mendengarkannya dari balik rerimbunan pohon yang ada disekitarku, aku berharap gagak tersebut sudi singgah di ranting-ranting tuaku.


Mulanya aku belum terbiasa dan sedikit cuek mendengar suara itu, ketika ia terbang diatas ranting-rantingku. Aku melihat sang gagak tersebut sedang kelelahan dan mencari sandaran serta pijakan untuk ia jadikan tempat istirahatnya.

Aku ragu, untuk menawarinya...!!!

bahkan aku malu untuk mengungkapkannya,,,,

entahlah waktu itu....!! sejuta rasa yang aku rasakan.


Aku hanya bisa tersenyum tersipu, Ketika ia mulai mengitari di atasku, sambil sesekali aku lontarkan senyuman namun aku tak sanggup menatapnya, sungguh aku malu.

Suara engkakannya yang merdu, seakan menggetarkan jantung di hatiku, dan membuat keluh lidahku tatkala ia mulai menyapaku dari atas langit.


Dalam hatiku ada keyakinan, sepertinya ia akan singgah di rantingku,

Ah....., tapi aku kurang yakin dengan kondisiku yang sudah rapuh ini......!!!

Apakah ia sudi berlabuh di ranting tuaku ini? Yang tak berdaun dan berbunga. Sedangkan di sekelilingku atau di luar sana masih banyak ranting-ranting yang kokoh dan berdaun yang kian rindang. Sudahlah waktu itu aku pendam saja impian yang aku anggap terlalu tinggi itu.


Hingga sampai terucap dari mulut gagak tersebut, bolehkah aku singgah dirantingmu?

Boleh, dengan senang hati dan suatu kehormatan tersendiri jika engkau sudi singgah di ranting tua ini, dan jujur sedari dua tahun yang lalu aku selalu mengamatimu dan berharap engkau mau singgah di rantingku.

Tapi gagak belum juga mau singgah,


Oktober 15, 2011.

Aduh....., hujan badai mengguyurku dan sesekali angin puting beliung itu seakan-akan hendak menggulung rantingku. Aku bingung hampir saja aku putus asa untuk menghadapi masalah ini. Aku sempat melihat di sekelilingku, ya ampun pohon rindang itu mulai berjatuhan dedaunnya dan condong-condong lalu tumbang dengan sendirinya, betapa dahsyatnya badai dan angin puting beliung saat itu. Bahkan semua ini diluar dari nalarku.


Saat itu aku rapuh dan hampir putus asa, aku pasrah dengan nasibku apa yang akan terjadi padaku, aku sudah tidak berdaya lagi. Patah-patahlah kalau memang sudah menjadi suratan takdirku namun tak sedikitpun aku lari dan mundur walau hanya selangkah. Saat itu prinsipku laksana pions dalam medan catur, sekali melangkah takkan pernah mundur meskipun maut menantangku. Hemmm....hemm.....!!!!

Dan saat itu pula aku melihatmu, engkau masih terbang di sekitar rantinggku, lalu aku panggil engkau.

“hai, tunggu apa lagi,,,,??, kenapa engkau tidak singgah diranting rapuhku?, bukankah kemarin engkau mau singgah?” . engkau tetap saja terbang dan terbang, terkadang kau jauh dan terkadang engkau dekat mengitariku. Lalu engkau berkata.


“seusai hujan badai dan angin puting beliung ini aku pasti singgah, dan engkau boleh mencariku, ingatkan aku ya..., jika badai telah usai” itulah kata-katamu yang selalu aku pegang dan sekaligus sebagai tameng badai untuk ranting-rantingku yang sudah rapuh ini.


Berhari-hari aku diguyur badai, dan terpaan angin kencang, aku hanya bisa berdo’a kepada dzat yang menciptakan aku, dan kala itu memuai emosiku akibat aku lelah, letih dan menggigil dibuatnya. Aku berontak dan marah ketika ku melihat badai dan angin puting beliung itu hanya menerpaku saja.

Aku teriak........!!!!!,

Hai.......,,,,,,!!!!

Apakah mahluk hidup lebih pintar dari tuhannya?

Apa aku salah, membiarkan rantingku dihinggapi mahluk yang aku impikan semenjak dua tahun yang lalu???

Salah....,,, jika salah dimana salahku.....????

Adilkah engkau padaku..............????

Whey.....????

Whey.....???

Help me...!!!



Oktober 20, 2011

“Aku menagih janjimu gagak, suatu hari engkau pernah berkata ketika hujan badai dan angin itu, jika kelak sudah selesai engkau bisa panggil aku. Aku akan singgah di rantingmu”.

Saat ini semuanya telah usai dan aku mencoba menagihnya. Sekiranya tidak ada perubahan aku persilahkan engkau hinggap di ranting ini namun jika engkau sangsi dan meragukan atau setengah hati, ku relakan jika engkau berkehendak terbang kembali tetapi satu hal bukan atas niatku engkau kupersilahkan terbang, mungkin bukan engkau utusan itu. Namun aku yakin semua itu ada pada dirimu, sepertinya engkaulah yang aku cari.


Aku tetap terbang, tapi aku tidak jauh darimu, aku terbang di atas ranting-rantingmu ini dan aku akan hinggap jika aku sudah merasa yakin nanti. Lalu gagakpun terbang kembali dan benar halnya seperti yang ia katakan.



Oktober 27, 2011.

“Aku sudah merasa yakin dan aku hendak berniat hinggap dirantingmu dan sepertinya engkaulah ranting yang aku cari”.

Tunggu dulu gagak, aku persilahkan engkau hinggap diranting ini jika niatmu sudah penuh, bukan karena setengah hati atau karena sagu hati. Oleh karena itu jawablah pertanyaanku.


“Jika aku adalah ranting yang rapuh, Dan engkau seekor burung gagak yang besar, Dan di dunia ini hanya ada kita berdua, Engkau tau engkau takselamanya terbang di langit dan engkau tau engkau tak boleh hinggap di bumi, apa yang akan engkau lakukan? Apakah engkau tetap hinggap dan membiarkan aku jatuh?

“Aku tetap hinggap karena aku akan binasa jika menginjak bumi, aku akan hinggap dengan sebelah kakiku dengan pelan-pelan dan kedua sayapku akan aku kepak-kepakan dengan begitu engkau lebih ringan menopang tubuhku sampai aku lelah dan kita sama-sama terjatuh namun aku tetap mencengkram rantingmu semampuku.”


Kalau begitu, aku persilahkan engkau hinggap dirantingku, dan aku berjanji aku akan menjagamu dan tak akan melukaimu dan aku akan berusaha membuatmu nyaman diranting ini. Esok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan, bahkan dua puluh tahun lagi engkau bisa menagih kata-kataku. Apakah janjiku hanya sebatas kata-kata saja.



Nopember 30, 2011.

Suara engkak...engkak...engkak.... itu sudah jarang aku dengar, kicau-kicauan kecilnyapun sudah seakan lupa terdengar di telinga ini, lama ia terdiam membisu. Aku berusaha menyapanya kembali sepertinya ia tidak tergoda dalam semedinya, entahlah kenapa burung gagak ini tak bersuara lagi ada apa dengan gerangan?

Sempat terlintas dalam fikiranku, apa ia tidak kerasan lagi hinggap dirantingku yang sudah rapuh ini? Atau ada ranting-ranting yang lain? Atau dia ingin terbang kembali atau ada masalah lain.....????

Wah banyaklah.... bagai gelombang signyal pertanyaan-pertanyaan itu yang ada dibenakku kala itu. Sebelum aku ingat petuah manusia 13 tahun yang lalu ketika aku masih ditumbuhi dedaunan yang rindang,

“suatu saat engkau akan menjadi ranting, yang tak memiliki tunas, daun bunga bahkan buah sekalipun, tetapi engkau harus menerimanya dengan hati ikhlas dan tulus” karena sifat mahluk dibumi tidak ada yang kekal. Engkau harus ikhlas tatkala dedaunanmu mulai gugur satupersatu, bungamu mulai layu satupersatu, dan buahmu mulai jatuh satupersatu hingga engkau menjadi ranting yang rapuh”.

Teringat petuah tersebut kini aku menjadi Ikhlas menjalaninya, dan menyerahkannya kepada sang robbi, tidak akan berdosa jika dari nawaitu yang baik dan untuk kebaikan.

Bukankah aku ada karena kalimat KUN FAYAKUN, dan “sesungguhnya Engkau pemilik hati tersebut, dan Engkau yang menciptakannya sungguh tak sulit untukMU membolak balikan hati seorang makhluk karena itu bukti dari kebesaranMU.”

No comments:

Post a Comment

untuk itu kami sangat memerlukan partisipasi anda anda semua, dan layanan coment ini kami buka seluas luasnya